Adapun penghargaan itu selalu berawal dari hasil kesan salah
satu panca indra kita manusia akan sesuatu (entah itu yang dilihat, didengarkan,
dirasakan, dll), yang disengajakan maupun tidak sengaja; dan kemudian membekas
di dalam pandangan/pemikiran kita. Demikianlah cara kerja nalar kita mengelolah
sebuah proses penghargaan akan sesuatu hal pada suatu realitasnya.
Jika “proses penghargaan” terhadap realitas PANTUN di dalam setting orang Maluku, tentunya terkait
erat dengan beberapa hal, yang merupakan kesatuan daya imajinasi dalam
historisnya hingga kini. Untuk itu saya harus jujur, tulisan ini murni bentuk
penghargaan saya terhadap TRADISI PANTUN di MALUKU, yang telah ada semenjak
dahulu. Sebagaimana bentuk penghargaan dari generasi muda lainnya (yang mengklaim berlatar belakang budaya Melayu).
Disini saya kemudian tidak memperdebatkan TRADISI PANTUN di MALUKU telah ada semenjak kapan atau cakupan pandang yang bertendensi membangun sebuah hegemoni orang Maluku dalam sejarah pantun yang katanya begitu dekat dengan budaya MELAYU. Tetapi kepentingan saya di sini, adalah murni sebuah “proses penghargaan” akan TRADISI PANTUN MALUKU itu sendiri, yang semenjak kecil saya telah mengetahuinya (mendengarnya) lewat lirik-lirik lagu Ambon.
Disini saya kemudian tidak memperdebatkan TRADISI PANTUN di MALUKU telah ada semenjak kapan atau cakupan pandang yang bertendensi membangun sebuah hegemoni orang Maluku dalam sejarah pantun yang katanya begitu dekat dengan budaya MELAYU. Tetapi kepentingan saya di sini, adalah murni sebuah “proses penghargaan” akan TRADISI PANTUN MALUKU itu sendiri, yang semenjak kecil saya telah mengetahuinya (mendengarnya) lewat lirik-lirik lagu Ambon.
Dan di masa kini, seakan punya suatu keterikatan yang kuat
dalam kesatuan historis sebagai generasi muda Muda, bentuk TRADISI PANTUN
semakin diekpresikan dalam bentuk-bentuk yang kreatif. Yaitu masih dalam lirik-lirik
lagu, namun dengan perkembangan genre music populer seperti R&B dan RAPP, yang begitu digandrungi oleh anak muda di masa kini,
TRADISI PANTUN MALUKU masih terjaga status quo-nya, yang sebenarnya telah ada
dalam bentuk-bentuk lazimnya semenjak dahulu
dalam setting budaya orang Maluku Tradisional (seperti terdapat dalam KAPATA, Lirik lagu-lagu KERONCONG, Lirik lagu-lagu HAWAIAN,
atau juga lagu-lagu bergenre POP asal
Maluku).
Meskipun dalam praksisnya TRADISI PANTUN MALUKU juga menjadi satu
instrumen penting dalam acara adat istiadat tertentu di dalam setting budaya orang Maluku di masa
lalu. Yang kemudian menempatkan TRADISI PANTUN MALUKU begitu penting dalam
bingkai kehidupan masyarakat Maluku. Entah itu orang Maluku Tenggara, orang
Maluku Tengah, orang Maluku Utara, maupun orang Maluku di pulau Buru dan Seram.
Semoga dengan hadirnya blog PANTUN MALUKU ini, dapat
memberikan penekanan yang kuat pula bagi orang Maluku, dan juga bagi masyarakat
Indonesia (atau pembaca lainnya), bahwa berbicara tentang TRADISI PANTUN, orang
Maluku juga memiliki sepak terjang yang jelas dalam sejarah PANTUN di dunia. [sa.95] J.Pattiasina
0 comments:
Posting Komentar